BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budi Pekerti berarti sikap dan prilaku yang baik.
Sifat-sifat yang baik akan mendatangkan kebaikan dan sebaliknya hal yang buruk
akan menghasilkan keburukan pula. Oleh karena itu kita perlu menjunjung tinggi
nilai budi pekerti yang luhur. Ajaran budi pekerti menuntut kita agar selalu
berbuat kebaikan, kebenaran, serta memupuk keharmonisan gubungan manusia dengan
tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan, yang sering
disebut dengan konsep tri hita karana. Salah satu bagian dari konsep tri hita
karana adalah hubungan manusia dengan manusia. Hal ini sangat perlu dilakukan
oleh umat manusia, karena manusia sebagai makhluk social yang membutuhkan
adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat perlu usaha manusia untuk
mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat manusia.Salah satu caranya yaitu
mengembangkan sikap Toleransi, Etika pergaulan.[1]
Dalam tulisan yang sangat sederhana berikut ini, penulis
berusaha mengelaborasi secara tematis konsep Islam tentang toleransi dan etika
pergaulan. Diawali dengan penjelasan seputar definisi, kemudian dilanjutkan
dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin
sekaligus memberikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan prinsip
toleransi (tasâmuh) dan beretika dalam pergaulan. Pada bagian akhir akan
diuraikan secara komprehensif solusi dimaksud, sesuai dengan perspektif yang
dimajukan al-Quran dan sunnah.
- Apa pengertian dari toleransi
dan etika pergaulan?
- Apa sajakah ayat Al-Qur’an yang
membahas tentang toleransi dan etika pergaulan?dan apa kandungan ayatnya?
- Bagaimana cara menerapkan
perilaku hidup toleransi dan etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari?
C.Tujuan Pembahasan
- Untuk memahami pengertian dari
toleransi dan etika pergaulan.
- Mengetaui ayat Al-Qur’an yang
membahas tentang toleransi dan etika pergaulan.dan apa kandungan ayatnya.
- Mengetaui Bagaimana cara
menerapkan perilaku hidup toleransi dan etika pergaulan dalam kehidupan
sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
TOLERANSI DAN ETIKA
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial,
budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh
mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana
penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama
lainnya[2].Kata
toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari
bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan
kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current
English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs,
behaviors, etc, different from one’s own[3].Adapun
dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata
toleransi adalah سماحة atau تسامح. Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd
(kemuliaan). atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka
memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka
(welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia[4].
Etika adalah dalam bahasa Yunani “Ethos”, berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari
hal- hal tindakan yang buruk[5].
B.
AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG MEMBAHAS TENTANG TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh
Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”.
Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama
rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa
Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog
dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman
umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak
mungkin disamakan.
Berikut
ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk bertoleransi dan
beretika dalam pergaulan.
a). QS:al kafirun1-6
ö@è% $pkr'¯»t crãÏÿ»x6ø9$# ÇÊÈ Iw ßç6ôãr& $tB tbrßç7÷ès? ÇËÈ Iwur óOçFRr& tbrßÎ7»tã !$tB ßç7ôãr& ÇÌÈ Iwur O$tRr& ÓÎ/%tæ $¨B ÷Lnt6tã ÇÍÈ Iwur óOçFRr& tbrßÎ7»tã !$tB ßç6ôãr& ÇÎÈ ö/ä3s9 ö/ä3ãYÏ uÍ<ur ÈûïÏ ÇÏÈ
Artinya:
1. Katakanlah: "Hai
orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan
yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku."
QS:Al-Qafirun:1-6)
Surat ini adalah surat makkiyah, surat yang diturunkan pada
periode Makkah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa, surat ini
turun pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa,
surat ini adalah surat penolakan (baraa’) terhadap seluruh amal ibadah
yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang memerintahkan agar kita
ikhlas dalam setiap amal ibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun
campuran, baik dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap
bentuk percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas
dalam konsep aqidah dan tauhid Islam yang murni[6].
Surat al kafirun turun sekaligus sebagai jawaban atas ajakan
kaum musyrikin Quarisy kepada nabi Muhammad SAW. Mereka itu, antara lain al-As
bin Wail as-Sahim, al-Aswad bin Abdul Muthalib, Umayah bin Khalaf, dan Walid
bin Mughirah. Mereka mengajak Nabi Muhammad SAW agar mau sedikit toleran dan
berkompromi dengan bergantian dalam menyembah Tuhan. Kaum Musyrikin akan
menyembah Tuhan yang di sembah Nabi Muhammad SAW. Dan waktu yang lain, Nabi
Muhammad SAW dan pengikutnya di minta untuk menyembah apa yang mereka sembah[7].
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama.
Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid
ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan
kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir[8].
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara
timbal balik, yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian,
masing-masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan
baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan
sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan dipertanggung
jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah
harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW
agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam bidang Aqidah Islam[9].
b).Q:S Yunus:40-41
Nåk÷]ÏBur `¨B ß`ÏB÷sã ¾ÏmÎ/ Nåk÷]ÏBur `¨B w ÚÆÏB÷sã ¾ÏmÎ/ 4 y7/uur ÞOn=÷ær& tûïÏÅ¡øÿßJø9$$Î/ ÇÍÉÈ bÎ)ur x8qç/¤x. @à)sù Ík< Í?yJtã öNä3s9ur öNä3è=yJtã ( OçFRr& tbqä«ÿÌt/ !$£JÏB ã@yJôãr& O$tRr&ur ÖäüÌt/ $£JÏiB tbqè=yJ÷ès? ÇÍÊÈ
Artinya:
“40.
di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui
tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. 41. jika mereka mendustakan kamu,
Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas
diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang
kamu kerjakan". (Q:S Yunus:40-41)
Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang
tidak beriman (kaun Kafir) yang mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua.
Pertama golongan yang benar-benar mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al
Qur’an, mereka termasuk orang yang menghormati pendapat orang lain. Kedua
golongan yang sama sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam
kekafiran, mereka termasuk orang membuat kerusakan.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi
kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan
diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan
orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni biarlah
kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta
diberi balasan dan ganjaran yang sesuai[10].
c). Q:S al-Kahfi ayat 29
È@è%ur ,ysø9$# `ÏB óOä3În/§ ( `yJsù uä!$x© `ÏB÷sãù=sù ÆtBur uä!$x© öàÿõ3uù=sù 4 !$¯RÎ) $tRôtGôãr& tûüÏJÎ=»©à=Ï9 #·$tR xÞ%tnr& öNÍkÍ5 $ygè%Ï#uß 4 bÎ)ur (#qèVÉótGó¡o (#qèO$tóã &ä!$yJÎ/ È@ôgßJø9$%x. Èqô±o onqã_âqø9$# 4 [ø©Î/ Ü>#u¤³9$# ôNuä!$yur $¸)xÿs?öãB ÇËÒÈ
Artinya
“dan Katakanlah:
"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu
neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
paling jelek.” (Q:S al-Kahfi ayat 29)
Ayat ini menegaskan bahwa manusia semua termasuk kaum
Musyrikin yang angkuh itu bahwa “ Kebenaran (al-Qura’an) yang turun dan aku
sampaikan ini datangnya dari Tuhan yang memelihara alam semesta; maka barang
siapa yang mau beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia
beriman. Hal demikian sebab keuntungan dan manfaat dari ke imanan mereka akan
kembali kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa ingin kafir, ingkar dan
menolak ayat-ayat Allah,maka biarlah ia kafir – walau sekaya apapun dan
tingginya kedudukan seseorang baik dalam jabatan formal maupun sosialnya.Allah
SWT tidak akan merasa kerugian dan berkurangnya kekuasanNya dengan kekefiran
mereka. Malah sebaliknya, Mereka akan merasa merugi dan celaka dengan
keingkaran dan menolak ayat-ayat Allah tersebut. Malahan Allah telah menyedikan
neraka yang kobaran apinya mengepung segala arah, Sehingga mereka tidak dapat
menghindar.
Kata
سرادق terambil dari kata Persia, Ahli tafsir mengartikan kata ini dengan
Kemah dan ahli tafsir lain menterjemahkan dengan Penghalang.Yakni
neraka menggambarkan bangunan yang mempunyai penghalang berupa kobaran api,
sehingga manusia yang disiksa tidak akan bias keluar dari neraka, dan pihak
lain pun tidak bias masuk untuk member pertolongan. Dengan demikian yang
disiksa benar-benar diliputi oleh api itu[11].
d).Q:S al-Hujurat 10-13
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ $pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä w öyó¡o ×Pöqs% `ÏiB BQöqs% #Ó|¤tã br& (#qçRqä3t #Zöyz öNåk÷]ÏiB wur Öä!$|¡ÎS `ÏiB >ä!$|¡ÎpS #Ó|¤tã br& £`ä3t #Zöyz £`åk÷]ÏiB ( wur (#ÿrâÏJù=s? ö/ä3|¡àÿRr& wur (#rât/$uZs? É=»s)ø9F{$$Î/ ( }§ø©Î/ ãLôew$# ä-qÝ¡àÿø9$# y÷èt/ Ç`»yJM}$# 4 `tBur öN©9 ó=çGt y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqçHÍ>»©à9$# ÇÊÊÈ $pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# cÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( wur (#qÝ¡¡¡pgrB wur =tGøót Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& @à2ù't zNóss9 ÏmÅzr& $\GøtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ $pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
Artinya:
“10. orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim.12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.13. Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q:S
al-Hujurat 10-13)
Dalam
ayat 10 Allah menggunakan kata اخوة bukan kata اخوان . Dari segi
kandungan makna ternyata terdapat perbedaan arti antara keduanya, meskipun
sama-sama merupakan bentuk jamak dari kata tunggal اخ. Kata اخوة
menunjukan arti saudara sekandung[12].
Sedangkan اخوان berarti teman sejawat. Disini al-Qur’an menganggap
persaudaraan dalam satu agama bagaikan persaudaraan dalam satu nasab, dan
islamlah sebagai orang tuanya.
Pada
ayat 10 Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin adalah bersaudara. Meskipun
berbeda bangsa, adat, warna kulit, bahasa, kedudukan, social-ekonomi, tetapi
mereka itu satu ikatan persaudaraan islam. Oleh karennya sesame orang mukmin
harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh sebagaimana diajarkan agamanya
yaitu islam.
Kandungan
ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari makna yang terkandung pada ayat 10.
Pada ayat 10 orang mukmin itu bersaudara, maka konsekuensinya orang-orang
mukmin tidak boleh saling mengolok-olok. Sebab boleh jadi orang-orang mukmin
yang diperolok-olok itu lebih baik dari oarng yang mengolok-olok. Demikian juga
orang mukminah.
Olok-olok
disini dapat berupa ejekan atau perkataan, sindiran dan kelakar yang bersifat
merendahkan diri atau menghinanya. Itu semua dapat menimbulkan pertengkaran
atau perkelahian. Oleh karena itu Allah melarang orang-orang mukmin saling
memperolok-olok yang lain agar terbina persaudaraan, kesatuan, persatuan
dikalangan orang mukmin.
Pada
ayat 11 juga orang mukmin dilarang mengolok-olok diri sendiri. Ahli tafsir
menjelaskan mengolok-olok diri sendiri maksudnya mengolok sesama mukmin karan
antara sesama muslim itu satu tubuh. Begitupun di ayat ini Allah melarang orang
mukmin memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk.
Yaitu sebutan yang tidak disukai oleh orang yang dipanggil atau digelarinya.
Seperti memanggil orang beriman dengan panggilan “hai Fasik” atau “hai Kafir”.
Dalam ayat ini Allah memperingatkan kepada orang yang berbuat kesalahan harus
segera taubat.
Masih
dalam kerangka membina persaudaraan orang-orang mukmin. Dalam ayat 12 Allah
melarang orang-orang yang beriman cepat berperasangka. Sebab sebagian
perasangka itu adalah dosa, karena itu harus di jauhi. Dalam ayat ini juga
Allah melarang oarng mukmin mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing,
menceritakan keburukan orang lain (ghibah).Allah menggambarkan orang yang
begitu bagaikan seseorang yang makan daging mentah, yang sebenarnya dia sendiri
tidak menyukainya.
Al-Qur’an
surat al-hujarat ayat 13 menegaskan kepada semua manusia bahwa ia diciptakan
Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Menciptakan manusia secara
pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya dan warna kulit.
Keanekaragaman dan kemajemukan manusia seperti itu adalah bukan untuk berpecah
belah, saling membanggakan kedudukan, yang satu lebih terhormat dari yang
lainnya akan tetapi supaya saling mengenal, bersilaturahmi, berkomunikasi,
saling member dan menerima. Suatu hal penting bahwa semua manusia itu sama di
hadapan Allah, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya kepada Allah
SWT.
C.HADIS
YANG MEMBAHAS TENTANG TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN
HADIS
PERTAMA
عَن اَبِي هُرَيرَة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم خَمْسٌ مِنْ حَقِ
اْلمُسْلِم عَلى اْلمُسْلِمْ رَدُ التَحِيَةِ وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ وَشُهُودُ
الجَنَازَةِ وَعِيَادَةِ المَرِيضِ وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ اِدَا حَمِدَاللهُ .
Dari Abi Hurairah ra. berkata,
Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang islam terhadap orang islam lainnya,
yaitu membalas salam, memenuhi undangan, melayat jenazah, menengok orang sakit,
dan berdoa bagi orang yang bersin yang memuji Allah (membaca hamdallah).(Ibnu
majah)
مفردة
|
معنى
|
مفردة
|
معنى
|
رَدُ
التَحِيَةِ
|
Menjawab
salam
|
وَاِجَابَةُ
الدَعْوَةِ
|
Dan
memenuhi undangan
|
وَشُهُودُ
الجَنَازَةِ
|
Dan
melayat jenazah
|
وَعِيَادَةِ
المَرِيضِ
|
Dan
menengok orang sakit
|
وَتَشْمِيَتُ
الغَاظِسِ
|
Dan mendoakan
orang yang bersin
|
حَمِدَ
|
Membaca
hamdalah
|
Dalam
hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang islam tentang
kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan kewajiban itu antara
lain:
1)
Kewajiban membalas salam
Apabila
ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu
“assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab
salam itu. Memberi salam adalah sunah.
2)
Kewajiban memenuhi Undangan
Orang
islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi atau
menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.
3)
Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal
Apabila
ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya berkewajiban melayatnya.
Hukumnya adalah wajib kifayah.
4)
Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis
Apabila
ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka orang islam
yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah
yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan
hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan
masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku
yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang di anjurkan hadis
tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang sangat indah
dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung
nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai peribadatan, karena
dalam praktiknya banyak mengandung doa guna membesarkan hati, menggembirakan,
menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan.
Hadis
Kedua
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِهِمْ
وَتَرَاحِمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ اِدَااسْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ
تَدَاعَى لَهُ سَائِرِ اْلجَسَدِ بِالسَهَرِ وَاْلحُمَى رواه البخارى والمسلم .
Perumpamaan
sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan merasakan lemah
lembut seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu anggotanya merasa sakit
maka seluruh tubuh akan merasakan gelisah dan sakit panas.(HR.Bukhori dan
Muslim)
معنى
|
مفردة
|
معنى
|
مفردة
|
Saling
mencintai
|
تَوَادِهِمْ
|
Perumpamaan
|
مَثَلُ
|
Tubuh
|
اْلجَسَدِ
|
Saling
berlaku lemah lembut
|
وَتَعَاطُفِهِمْ
|
Anggota
|
عُضْوٌ
|
Mengadu
|
اسْتَكَى
|
Semua
|
سَائِرِ
|
Mereka
|
هِمْ
|
Gelisah
|
السَهَر
|
Sakit
panas
|
وَاْلحُمَى
|
Saling
menyayangi
|
تَرَاحِمِهِمْ
|
Merasakan
|
تَدَاعَى
|
Hadis
ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial kemasyarakatan sesama
muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran bagaimana hubungan sosial
orang-orang islam dengan orang islam lainnya. Cinta kasih sayang dan kemesraan
hubungan orang0orang muslim dengan muslim lainnya itu digambarkan oleh
Rasulallah SAW ibarat satu tubuh. Dalam hadis ini juga menjelaskan tentang
pentingnya solideritas dalam kehidupan antara umat islam.
Kita
tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam kebersamaan.
Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas tercermin dalam
kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist tersebut kepada umat
islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra mereka merupakan
ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan sesama umat islam.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam tulisan yang sangat sederhana berikut ini, penulis
berusaha mengelaborasi secara tematis konsep Islam tentang toleransi dan etika
pergaulan. Diawali dengan penjelasan seputar definisi, kemudian dilanjutkan
dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin
sekaligus memberikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan prinsip
toleransi (tasâmuh) dan beretika dalam pergaulan. Pada bagian akhir akan
diuraikan secara komprehensif solusi dimaksud, sesuai dengan perspektif yang
dimajukan al-Quran dan sunnah.
.
Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia sebagai
makhluk social yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini
dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu
sangat perlu usaha manusia untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat
manusia.Salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap Toleransi, Etika
pergaulan.
- QS:al kafirun1-6
- Hendaknya setiap mukmin
memiliki kepribadian yang teguh dan kuat
- Masing- masing pemeluk agama
dapat melaksanakan apa yang di anggapnya benar dan baik sesuai dengan
keyakinannya
- Setiap pemeluk agama akan di
mintakan pertanggungan jawabnya di hadapan Allah SWT.
2.Q:S Yunus:40-41
1.
Setiap orang mukmin harus taat pada
Allah dan rasul-Nya
2.
Hendaknya orang mukmin tahu bahwa
Allah adalah pemelihara dan pembimbing kita semua.
3.
Orang yang tidak beriman menolak
mempercayai nabi Muhammad sebagai rasul Allah dan apa yang dibawanya. Mereka
berhak berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah SWT
serta di beri balasan dan ganjaran yang sesuai.
3.Q:S al-Kahfi ayat 29
1.
Nilai kebenaran (haqullah) adalah
sesuatu yang pasti dan menjadi harga mati, sebab sumbernya dari Allah SWT yang
tidak boleh diubah atau di abaikan.
2.
Keuntungan dan kemanfaatan dari
keimanan kita kepada Allah akan kembali kepada diri kita sendiri.
3.
Mereka yang mengingkari dan menolak
ayat-ayat Allah akan merugi dan celaka.
4.
Q:S al-Hujurat 10-13
1.
Sesama orang mukmin harus mempunyai
jiwa persaudaraan yang kokoh, meskipun berbeda bahas, suku bangsa, adat kebiasaan,
tingkat ekonomi-sosial tetapi mereka satu ikatan persaudaraan.
2.
Sesama orang mukmin tidak boleh
mengolok-olok, mengejek, menghina satu sama lainnya.
3.
Sesama orang mukmin tidak boleh
memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk.
4.
Orang mukmin dilarang berburuk
sangka.
5.
Orang mukmin harus mengikuti
perintah untuk sadar dan mengakui bahwa disisi Allah SWT semua manusia sama
kedudukannya, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya.
5. Hadis Pertama
1.
Etika pergaulan masyarakat sesama
orng islam dilandasi dengan ajaran islam. Tercakup di dalam nilai budaya
perlunya berperilaku yang seimbang demi mewujudkan masyarakat yang indah dan
menyenangkan.
2.
Sesama orang islam berkewajiban
memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.
3.
Dalam kehidupan sehari-hari orang
islam perlu doa untuk mendoakan sesama demi kesejahteraan mereka sendiri.
6.
Hadis kedua
1.
Kehidupan sosial orang-orang mukmin
ibarat satu tubuh.
2.
Orang-orang mukmin harus mempunyai
solideritas, ta’awun dan kepedulian sosial terhadap orang-orang mukmin
DAFTAR
PUSTAKA
Qaradhawi Yusuf .1994. Fatâwâ Mu’âshirah. Manshurah: Dar
al-Wafa’. Cet. ke-3. Jilid ke-2.
Ibnu katsir,tafsir
ibnu katsir.Al Hidayah,Surabaya.jilid 4.
LKS Al-Hikmah MA,Qura’an
Hadis.semester genap XII.Surabaya
Warson Ahmad Munawwir.
1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif.
Edisi ke-2. Cet. Ke4.
Shihab Quraish.Membumikan
Al-Qura’an.cet x. Jakarta
[1] Yusuf al-Qaradhawi. 1994. Fatâwâ
Mu’âshirah. Manshurah: Dar al-Wafa’. Cet. ke-3. Jilid ke-2. h. 667
[3] A. S. Hornby. 1986. Oxford Advanced Learners
Dictionary of Current English. London: Oxford University Press. Cet. ke-23. h.
909
[4] Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus
al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2.
Cet. Ke-14. h. 657
[6] Ibnu katsir,tafsir
ibnu katsir.Al Hidayah,Surabaya.jilid 4.
[7] LKS Al-Hikmah
MA,Qura’an Hadis.semester genap XII.Surabaya
[9] Ibid.lks
[10] Quraish shihab.Membumikan
Al-Qura’an.cet x.hal 81 Jakarta
[11] Quraish shihab.Membumikan
Al-Qura’an.cet x.hal 51-53 Jakarta
[12] Muanawir.Kamus
kontemporer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar